Untuk mencapai prestasi terbaik, dan meraih juara bukanlah hal yang mudah. Berlatih dan berlatih tanpa mengenal lelah adalah kunci sukses meraih kemenangan. Filosofi itulah yang dicamkan oleh seorang Lamting mantan taekwondoin nomor satu Indonesia. Nama Lamting seakan menjadi momok bagi taekwondoin lainnya di tanah air. Ia sukses menjadi juara nasional kelas welter sejak tahun 1984 hingga 1993. “Pengalaman telah membuktikan tanpa kerja keras mustahil kita bisa meraih yang terbaik,” kata Lamting saat mengenang masa kejayaannya di cabang olahraga beladiri asal Korsel ini. Atas Keseriusan nya itulah Lamting bukan hanya sekadar atlit yang disegani di dalam negeri. Prestasinya di luar negeri pun cukup mengagumkan dan patut dibanggakan. Kungfu adalah olahraga pertama yang digeluti Lamting sebelum berkiprah di Beladiri taekwondo. Ia masih ingat saat berusia 11 tahun berupaya mendalami olahraga yang berasal dari negeri tirai Bambu China. Kungfu memang memiliki karakteristik yang berbeda dengan olahraga beladiri lainnya dan sangat populer bahkan sering diputar di layar lebar. Namun keinginannya untuk lebih mendalami olahraga tradisional China sedikit mengalami hambatan. Pasalnya pada waktu itu sulit mencari klub atau perkumpulan Kungfu di Indonesia. Untuk itulah Lamting sengaja alih ke beladiri Taekwondo yang ternyata cukup diminati waktu itu. “Kungfu saat itu digabung dengan IPSI, dan saya terpaksa beralih ke taekwondo karena memiliki perkumpulan yang cukup banyak di Bandung,” kata Lamting yang memiliki tinggi badan 182 sentimeter. Di usia nya yang ke-14 tahun Lamting , mulai memperdalam ilmu dan teknik beladiri yang berasal dari negeri Ginseng Korea. Bisa dibilang karier taekwondonya dirintis dari bawah sekali, dan butuh waktu empat tahun untuk mencapai suatu puncak prestasi. Berlatih dan berlatih tanpa mengenal lelah adalah kunci sukses meraih kemenangan. Filosofi itulah yang dicamkan oleh seoarang Lamting yang sukses menjdi Juara Nasional Taekwondo kelas welter sejak tahun 1984 hingga 1993. ”Pengalaman telah membuktikan tanpa kerja keras mustahil kita bisa meraih yang terbaik,” kata Lamting saat mengenang masa kejayaannya di Olahraga Beladiri Taekwondo. Atas Keseriusan nya itulah Lamting bukan atlit yang dapat dipandang sebelah mata oleh setiap lawan. Prestasi tertinggi yang diraihnya, runner-up Kejuaraan dunia 1993 di Jerman, merupakan bukti kesuksesannya menekuni olahraga Beladiri Taekwondo. ”Saya sangat bangga menjadi taekwondoin, karena berkat inilah saya bisa terjun di dunia layar lebar hingga kini,” katanya. Keberadaan Pelatih sangat mempengaruhi motivasi untuk berlatih. Dengan pelatih berkualitas dan atlit yang memiliki potensi maka prestasi tertinggi pasti diraih. Menurut Lamting kadang atlit memiliki bakat dan kemauan, namun sayangnya tidak didukung pelatih yang baik. Gambaran pelatih yang baik menurut Lamting mengetahui bakat atlit dan mengembangkan dengan strategi praktis.Jika keberadaan pelatih hanya menangani tekhnik tentu sangat mubazir. Begitu pula kalau atlit memiliki stamina baik tetapi pelatih tidak mempertajam kematangan tekhnik atau strategi pertandingan dan tentunya sulit untuk berkembang. Ia pun menyebut nama Bunawan yang saat ini Guru Sekolah Menengah Pertama di Bandung adalah kunci keberhasilannya dalam meraih sukses. “Saya sangat berterima kasih dengan Pak Bun , karena berkat dialah saya bisa meraih prestasi tertinggi di Taekowndo,” kata Lamting. Pengalaman telah mengajarkan, tanpa kerja keras seorang atlit tidak bisa mencapai hasil terbaik.Belum puas menjadi Juara nasional, Lamting bertekad meraih prestasi di tingkat Internasional. Ayah dari Calvin ini memang tidak harus menunggu usia senja untuk mundur dari dunia Olahraga yang telah membawanya sebagai duta bangsa ,di arena internasional. Di usianya yang ke-28 tahun, Lamting mundur dari Taekwondo karena sulit bersaing dengan Taekowndoin waktu itu. ”Saya sengaja memilih mundur di usia 28 untuk memberikan kesempatan kepada pendatang baru,” katanya. Meskipun telah meninggalkan taekwondo, Lamting merasa tetap masih menerapkan ilmu beladiri melalui Film Layar lebar. Cukup banyak film layar lebar yang dibintanginya antara lain Saur Sepuh, Babad tanah leluhur, Kamandhaka, Jaka Sembung dan Deru Debu. Lamting juga sedikit mengkritik sistem Pembinaan atlit Taekwondo sekarang.bahkan ia menilai sistem pembinaan belum merata jika dibanding masa - masa nya masih menjadi Taekowndoin. ”Pola Pembinaan harus lebih ditingkatkan keseriusannya .dan jika itu diterapkan, saya optimis Taekwondo Indonesia mampu mengukir prestasi lebih baik lagi.Selain menekuini layar Lebar Lamting mantan Presenter Mix Martial Art di TPI dan RCTI kini tengah disibukkan dengan keberadaan Sekolah Taekwondo (dojang). Bersama sejumlah Mantan Taekwondoin, seperti dede Jusuf, Yefi Triadji Lamting mendirikan dojang di kawasan Pintu IV Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta yang bertajuk Champion Taekwondo Club.)
sumber:komite olahraga nasional
No comments:
Post a Comment