Friday, August 24, 2007

Neo Kolonialisme dan Kapitalisme di Indonesia Raya

Indonesia memang belum benar-benar merdeka, ketika masih banyak rakyat yang kelaparan, yang tidak mendapat pendidikan layak, yang tidak memiliki kesempatan yang sama dalam mensejahterakan keluarga, yang selalu terbelenggu dalam tekanan-tekanan dari kaum berpunya. Mungkin benar penjajahan telah kembali ke muka bumi Indonesia tercinta, di mana dahulu tersohor dengan hasil buminya, yang didambakan dengan segala kebudayaan khas dan keramahtamahan penduduknya. Namun kini, semenjak penjajahan kembali terlahir dalam sebuah kemerdekaan yang kita sendiri menjadi tidak lagi mengerti makna nyata dari merdeka, satu persatu keadaan berbalik dan sedikit demi sedikit tercipta bias makna akan kemerdekaan.

Penjajahan telah mempersempit makna kemerdekaan dan tanpa disadari oleh kita telah memperluas makna penjajahan itu sendiri. Kemerdekaan hanya sebuah semboyan, hanya sebuah makna lisan yang menggambarkan sebuah kebebasan dalam kesenangan. Tidak sedikit dari para generasi muda yang terjebak dalam kemerdekaan semu, ketika kita berpikir bahwa jiwa-jiwa muda adalah jiwa-jiwa yang bebas dari tanggung jawab bermasyarakat, ketika kita berpikir bahwa kaum tua lah yang menjadi satu-satunya biang keladi dari semua keterpurukan bangsa, dan ketika kita tidak berpikir tentang apa yang dapat kaum muda lakukan untuk memperbaiki kondisi rakyat Indonesia.

Sekali lagi keadaan ini semakin buruk dengan ketidakpahaman kaum muda tentang bentuk-bentuk baru dan terkini dari penjajahan. Penjajahan intelektual yang sudah bisa kita rasakan berabad-abad lalu masih memiliki coretan-coretan nyata di tiap-tiap kepala anak negeri saat ini, dengan tidak terselenggaranya pendidikan gratis bagi mereka rakyat yang benar-benar tidak mampu secara finansial. Belum lagi penjajahan moralitas sebagai dampak dari pesatnya perkembangan tekbnologi informasi yang tidak terkontrol penggunaannya sehingga dengan mudah para generasi muda yang masih mencari jati diri itu terjebak dalam pornografi di dunia maya yang teramat sangat merusak moralitas bangsa kita. Masih banyak bentuk-bentuk penjajahan baru di negara ini, seperti penjajahan dalam pengembangan karakter, penjajahan tenaga kerja, penjajahan taraf kesehatan, penjajahan kesempatan hidup seperti aborsi dan bentuk penjajahan-penjajahan lain yang dengan tidak manusiawi telah merampas hak-hak yang paling asasi dari rakyat Indonesia.

Memang sepertinya kondisi ini telah diciptakan dengan sangat sengaja oleh orang-orang yang menginginkan kehancuran bangsa Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh dari kepentingan internasional sangat kuat dirasakan dalam atmosfir baik itu politik maupun ekonomi di negara kita. Ketika intervensi dari negara Singapura dengan DCA (Defense Cooperation Agreement) telah menginjak-injak kedaulatan negara kita dan sangat ironis kenyataannya bahwa penandatanganan perjanjian yang dilakukan oleh pemerintah itu tidak diketahui oleh kalangan DPR sebagai badan perwakilan dari seluruh rakyat yang hidup di Indonesia yang notabenenya akan menerima dampak langsung dari perjanjian yang sangat merugikan rakyat tersebut. Sangat membingungkan memang kenapa hal-hal seperti ini bisa terjadi dan hanya berlalu begitu saja, seperti telah menjadi sebuah kebudayaan ketika ada sebuah kesalahan besar dari pemerintah yang menyangkut hajat hidup rakyat luas maka di saat itu pula media seperti diatur untuk menyorot hal-hal lain sebagai pengalih perhatian dengan harapan kasus-kasus besar ini segera terlupakan.

Bangunlah Indonesiaku…

sudah waktunya mimpi-mimpimu diwujudkan

kami para pemuda bersedia menjadi garis terdepan perjuanganmu

relakan keringat-keringat kami mebasahi jalan-jalan

sebagai bukti perjuangan menuju perubahan yang lebih baik

kami lelah wahai Indonesiaku…

lelah melihat ketidakadilan dan kesewenangan terhadap saudara kami

belum cukupkah wahai Indonesiaku…

ketika banyak dari bagian tubuhmu yang dengan sengaja dirusak

oleh tangan-tangan kekuasaan yang berkhianat

mengkhianati KONSTITUSI

masih sanggupkah engkau wahai Indonesiaku…

memikul beban-beban sebagai buah dari keserakahan sekelompok orang

orang-orang yang dengan mulut manisnya semula berjanji

tapi dengan segala tindak tanduknya kemudian sangat menyakiti

berjuanglah bersama kami Indonesiaku…

tanpa perjuangan tidak akan terlahir sebuah perubahan

berubah menjadi lebih bijak, lebih kuat, dan lebih melindungi

bukankah untuk itu dirimu merdeka wahai Indonesiaku…

untuk menjadi Indonesia yang adil dan makmur selamanya

Wednesday, August 22, 2007

Idealisme Abadi

Bumi yang semakin semakin gelisah di tengah kehancuran alam
Langit semakin suram dalam kepul asap yang meninggi
Masih kebanyakan manusia membutakan mata dan hatinya

Agama semakin kotor di tangan para munafik
Budaya pun semakin tak berestetika dalam hausnya nafsu dunia fana
Sampai di sini masih kebanyakan pemuda berpaling dari hadapannya

Di saat yang sama di sisi lain belahan bumi
masih ada sekelompok kecil manusia yang banyak pemuda di dalamnya
memiliki idealisme sejati demi ketenangan hati nurani
meski harus teriris jiwa dan raga oleh kejamnya dunia