Friday, September 19, 2008

Kencur, Si Pahit Berkhasiat Obat

Siapa yang tidak mengenal tanaman yang bernama latin Kaempferia galanga, Linn ini, aromanya yang khas dengan rasa yang pahit bila dikonsumsi mentah-mentah menjadikan tanaman ini kebanyakan dijadikan bumbu dasar yang dapat digunakan pada beberapa jenis masakan seperti nasi goreng dan lain-lain. Namun tahukah kamu bahwa kencur memiliki banyak manfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti radang lambung, radang anak telinga, influenza pada bayi, masuk angin, sakit kepala, batuk, menghilangkan darah kotor, diare, memperlancar haid, mata pegal, keseleo, dan kelelahan.
Kencur merupakan tanaman rumput kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Tanaman ini tunbuh dan berkembang pada musim tertentu yaitu pada musim penghujan, juga dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar matahari dan tidak terlalu basah.
Kandungan kimia yang terdapat di dalam rimpang kencur adalah pati (4,14%), mineral (13,73%), dan minyak astiri (0,02%) berupa sineol, asam metal kanil dan penta dekaan, asam cinnamic, ethyl aster, asam sinamic, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisic, alkaloid, dan gom. Berikut adalah cara pemanfaatan kencur berdasarkan penyakit yang dapat diatasinya:
1. Radang Lambung
Bahan: 2 rimpang kencur sebesar ibu jari. Cara membuat: kencur dikuliti sampai bersih dan dikunyah. Cara menggunakan: ditelan airnya, ampasnya dibuang, kemudian minum 1 gelas air putih, dan diulangi sampai sembuh.
2. Radang Anak Telinga
Bahan: 2 rimpang kencur sebesar ibu jari dan setengah biji buah pala. Cara Membuat: kedua bahan tersebut ditumbuk halus dan diberi 2 sendok hangat. Cara menggunakan: dioleskan/dibobokkan di seputar hidung.
3. Influenza pada Bayi
Bahan: 1 rimpang kencur sebesar ibu jari dan dua lembar daun kemukus (lada berekor/cubeb). Cara membuat: kedua bahan tersebut ditumbuk halus, kemudian ditambah beberapa sendok air hangat. Cara menggunakan: dioleskan/dibobokkan diseputar hidung.
4. Sakit Kepala
Bahan: 2-3 lembar daun kencur. Cara Membuat: daun kencur ditumbuk sampai halus. Cara menggunakannya: dioleskan (sebagai kompres/pilis) pada dahi.
5. Masuk Angin
Bahan: 1 rimpang kencur sebesar ibu jari dan garam secukupnya. Cara membuatnya: kencur dikuliti bersih. Cara menggunakannya: kencur dimakandengan garam secukupnya, kemudian minum 1 gelas air putih. Dapat dilakukan 2 kali sekali.
6. Diare
a. Bahan: 2 rimpang kencur sebesar ibu jari. Cara membuat: kencur diparut, kemudian ditambah 1 cangkir air hangat, diperas dan disaring. Cara menggunakan: dioleskan pada perut sebagai bedak.
b. Bahan: 2 rimpang kencur sebesar ibu jari dan garam secukupnya. Cara membuat: kencur diparut, kemudian ditambah garam secukupnya. Cara menggunakan: dioleskan pada perut sebagai bedak.
7. Memperlancar Haid
Bahan: 2 rimpang kencur sebesar ibu jari, 1 lembar daun trengguli, 1 biji buah cengkeh tua, adas pulawaras secukupnya. Cara membuat: kencur dicincang, kemudian dicampur dengan bahan lain dan direbus bersama dengan 3 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 2 gelas, kemudian disaring. Cara menggunakan: diminum sekali sehari 2 cangkir.
8. Mata Pegal
Bahan: 1 potong rimpang kencur. Cara membuat: kencur dibelah menjadi 2 bagian. Cara menggunakan: permukaan yang masih basah dipakai untuk menggoasaok pelupuk mata.
9. Batuk
a. Bahan: 1 rimpang kencur sebesar ibu jari dan garam secukupnya. Cara membuat: kencur diparut, kemudia ditambah 1 cangkir air hangat, diperas dan disaring. Cari menggunakan: diminum dengan ditambah garam secukupnya.
b. Bahan: 1 rimpang kencur sebesar ibu jari. Cara membuat: kencur dikuliti sampai bersih dan dikunyah. Cara menggunakan: airnya ditelan, ampasnya dibuang. Dilakukan setiap pagi secara rutin.
10. Menghilangkan darah kotor
Bahan: 4 rimpang kencur sebesar ibu jari, 2 lembar daun trengguli, 2 biji cengkeh kering, adas pulawaras secukupnya. Cara membuat: semua bahan tersebut direbus bersama 1 liter air sampai mendidih kemudian disaring. Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari secara teratur.
11. Keseleo
Bahan: 1 potong rimpang kencur dan beras yang sudah direndam air. Cara membuat: kedua bahan tersebut ditumbuk halus dan diberi air secukupnya. Cara menggunakan: dioleskan/digosokkan pada bagian yang keseleo sebagai bedak.
12. Menghilangkan lelah
Bahan: 1 rimpang besar kencur, 2 sendok beras digoreng tanpa minyak (sangan) dan 1 biji cabai merah. Cara membuat: semua bahan tersebut direbus bersama dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas, kemudian disaring. Cara menggunakan: diminum sekaligus dan diulangi sampai sembuh. Untuk pria dapat ditambah dengan 1 potong lengkuas dan tepung lada secukupnya.

Referensi:
Fauzi, Dodi A. 2008. Manfaat Tanaman Obat.Jakarta: EDSA Mahkota

Saturday, August 9, 2008

Ngomong Sepeda juga Harus Ngomong Dompet

Dengan naiknya harga BBM yang cukup membuat banyak orang kelenger, sepeda diam-diam mulai menjadi alternatif dari alat transportasi yang berbahan bakar. Biasanya orang-orang yang menggunakan sepeda untuk ngantor atau ngampus memiliki jarak tempuh tidak lebih dari 30Km dari rumahnya, kalaupun lebih biasanya menggunakan bantuan alat transportasi masal yang lebih besar seperti kereta listrik.
Memang bila dilihat sepintas para pengguna sepeda dapat menekan ongkos perjalanannya karena tidak harus membayar lebih untuk BBM, namun ternyata uang tetap saja keluar dari dompet mereka dan tentunya dengan pos yang berbeda dengan orang lain non-bersepeda yaitu biaya pembelian dan perawatan sepedanya sendiri. Harga terendah untuk sepeda baru yang saya anggap layak untuk dipakai ke kampus sejauh 10Km dengan kondisi jalanan khas pinggiran Jakarta yang banyak lubang adalah sekitar 1-1,5 juta rupiah, yang saya anggap layak disini bukan hanya bentuk sepedanya aja namun juga melihat kualitas ketahanan sepeda yang bakal saya ajak ke kampus tiap hari dan tentunya saya pastikan melalui merek sepeda yang sudah teruji kualitasnya.
Tapi itu ternyata baru sepedanya saja, bila kita berniat menjadikan sepeda kita sebagai alat transportasi primer pastilah kita akan sangat peduli dengan perangkat kemanan seperti helm, pelindung siku, dan pelindung lutut yang tentunya membutuhkan budget lebih. Tapi biasanya hanya helm yang dianggap oleh para pengendara sepeda sebagai alat kemanan minimal yang harus dikenakan. Harga termurah helm baru untuk sepeda yang saya temukan dipasaran adalah 150 ribu Rupiah.
Belum lagi bila Anda tidak mau melihat tangan Anda kapalan karena memegang stem sepanjang perjalanan Anda, pastilah akan membeli sarung tangan dengan harga minimal 50 ribu Rupiah. Saya yakin ketika Anda bersepeda di jalanan yang ramai pada siang hari dan ramai dengan kendaraan bermotor maka mata Anda akan terasa tidak nyaman saat terik matahari dan debu-debu jalanan berterbangan ke mata Anda, maka untuk kesekian kalinya Anda akan melengkapi “persenjataan” Anda dalam bersepeda dan kali ini tentunya dengan membeli sebuah kacamata anti radiasi sinar matahari, keluar uang lagi bukan?
Masih banyak lagi alat-alat yang akan Anda beli untuk meningkatkan kenyamanan Anda dalam bersepeda, seperti lampu apabila Anda terpaksa pulang di malam hari, pakaian bersepeda yang akan membuat Anda lebih nyaman bergerak, dan alat-alat penunjang lainnya seperti pompa ban kecil, kunci-kunci untuk mengencangkan baut-baut yang mungkin kendur, dan lain-lain.
Saran dari saya adalah, bijaklah dalam memilih sepeda yang akan Anda gunakan, jangan sampai salah pilih sehingga Anda harus mengeluarkan uang lagi karena sepeda Anda rusak akibat ketidaksesuaian jenis sepeda dengan penggunaannya. Belajarlah untuk menguasai diri Anda dalam membeli, karena dengan memiliki sepeda berarti Anda telah membuka peluang pada diri Anda untuk menjadi hobiis sepeda yang akan menyedot kekuatan dompet Anda. Rawatlah selalu sepeda Anda agar selalu dalam keadaan prima karena saat digunakan berarti separuh nyawa Anda ada di dalam sepeda yang Anda gunakan.
Semoga Bermanfaat…

Thursday, July 17, 2008

Sekedar ingin berbagi tentang janji SBY pada dunia kesehatan Indonesia selama masa pemerintahannya

Berikut adalah kutipan sasaran-sasaran pencapaian layanan kesehatan di tahun 2009-masa akhir jabatan SBY- nanti yang dibuat oleh Presiden, data ini didapat dari file berformat PDF yang dapat dilihat di situs http://www.bappenas.go.id berikut kutipannya:
B. SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2OO9
Sasaran peningkatan layanan kesehatan pada tahun 2009 yang merupakan bagian akhir
dari upaya pencapaian sasaran kesehatan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Tahun 20041009, anrara lain yaitu:
l. Meningkatnya persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat;
2- Meningkatnya persentase keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan
Mencakup 75 persen; persentase keluarga menggunakan air bersih mencakup 85 persen;
' dan persentase keluarga menggunakan jamban .yang memenuhi syarat kesehatan
mencakup 80 persen;
3. Meningkanya persentase tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan
mencakup 80 persen;
4. Meningkatnya cakupan rawat jalan mencakup l5 persen;
5. Meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menjadi 87
persen;
6. Meningkatnya cakupan pelayanan antenatal (K4) menjadi 90 persen; dan cakupan
kunjungan neonatus (KN) menjadi 87 persen dan cakupan kunjungan bayi menjadi 87
persen;
7. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin secara cuma-cuma
di kelas III Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan dasar bagi seluruh penduduk di
puskesmas dan jaringannya menjadi 100 persen;
8. Meningkatnya persentase rumah sakit yang memiliki pelayanan gawat darurat yang
Memenuhi standar mutu menjadi 90 persen; persentase rumah sakit yang melaksanakan
pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif menjadi 75 persen;
meningkatnya persentase rumah sakit yang terakreditasi menjadi 75 persen;
9. Tersedianya jumlah tenaga kesehatan dan kader kesehatan di 26.000 desa siaga;
10. Tersedianya 1.740 orang dokter spesialis yang dididik dan 300 senior residen y-g
Di dayagunakan;
I I Meningkatnya persentase guru, dosen dan instruktur bidang kesehatan yang
Ditingkatkan kemampuannya mencapai 50 persen;

il.27 - 3
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

12. Meningkatnya persentase desa yang mencapai Universal Child Immunization( UCI)
Menjadi 95persen;
13. Meningkatnya Case Detection Rate TB mencakup >70 persen;
14. Meningkatnya angka penemuan Acute Flaccid Paralysis menjadi 12 per100 ribu anak
usia kurang dari 15 tahun;
15. Meningkatnya persentase penderita demam berdarah( DBD) yang diobati dari yang
Ditemukan menjadi 100 persen;
16. Meningkatnya persentase penderita malaria yang diobati dari yang ditemukan menjadi
100 persen;
17.Menurunnya Case Fatality Rate diare saat KLB mencakup < 1,2 persen;
18. Meningkatnya persentase orang dengan HIV AIDS (ODHA) yang ditemukan dan
Mendapat pertolongan Anti Retroviral Treatment (ART) menjadi 100 persen;
19. Meningkatnya persentase penderita flu burung yang ditemukan dan ditangani menjadi
100 persen;
20. Menurunnya prevalensi kurang gizi pada balita;
21. Meningkatnya persentase ibu hamil yang mendapat tablet Fe menjadi 90 persen;
22. Meningkatnya persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif menjadi 80 persen;
23. Meningkatnya persentase balita yang mendapatkan Vitamin A mencapai 80 persen;
24. Terlaksananya pengujian sampel obat dan makanan sebanyak 97 ribu sampel;
25. Meningkatnya cakupan pemeriksaan sarana produksi dalam rangka cara pembuatan
obat yang baik (CPOB) menjadi 45 persen.

C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2OO9
Untuk mencapai sasaran tersebut di atas,maka arah kebijakan pembangunan kesehatan
Pada tahun 2009 ditetapkan sebagai berikut:
1. Percepatan penurunan kematian ibu dan anak, kekurangang izi dan pengendalian
Penyakit menular melalui pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak( KIA); pemenuhan
Kebutuhan dokter spesialis; penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada ibu
Hamil dan menyusui bayi dan anak balita; pencegahan peningkatan surveilans deteksi
dini dan pengobatan penyakit menular dan penanggulangan penyakit flu burung dan
kesiapsiagaan pandemi influenza; serta pengembangan upaya kesehatan bersumber
masyarakat (UKBM) desa siaga secara cuma-cuma;
2. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin,
Daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan melalui pelayanan kesehatan bagi penduduk
Miskin di kelasI III Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan dasar bagi seluruh penduduk
di puskesmas dan jaringannya, dan peningkatan sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan dasar termasuk biaya operasional;
3. Peningkatan pemanfaatan obat, pengawasan obat dan makanan melalui penyediaan
Dan pengelolaan obat dan vaksin,pengujian laboratorium sampel obat, obat tradisional,
kosmetika, NAPZA, makanan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT),
peningkatan sarana dan prasarana termasuk peningkatan kapasitas SDM-POM.
4. Penyediaan tenaga kesehatan di rumah sakit, puskesmas dan jaringannya.
Kebijakan tersebut didukung oleh promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
Peningkatan lingkungan sehat, peningkatan sumber daya kesehatan, pengembangan obat
asli Indonesia, pengembangan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan serta
penelitian dan pengembangan kesehatan.
Itulah kira-kira yang SBY-JK ingin capai selama masa pemerintahaannya (2004-2009), mungkinkah akan tercapai dalam kurun waktu yang relatif tidak lama lagi? Lalu apabila tidak tercapai adakah mekanisme pertanggung jawaban yang kuat mengikat, sehingga di kemudian hari para pemimpin tidak hanya asal membuat janji pada masa kampanye mereka??
Semoga bermanfaat…

Monday, June 30, 2008

RUU praktik keperawatan, udah pada tau belum??

Apa sih yang ada di pikiran anda ketika mendengar kata perawat?? Mungkin banyak di antara para pembaca sekalian yang membayangkan sesosok manusia dengan seragam putih bersih dengan wajah jutek dan nada bicara yang ketus, atau bahkan ada pula yang membayangkan sesosok wanita yang seksi dengan rok mini yang membuat semua pasien laki-laki tak berdaya dibuatnya. Entah dari mana image perawat seperti itu datang ke tengah-tengah masyarakat kita, namun yang pasti adalah Indonesia ternyata salah satu dari dua negara di Asia Tenggara yang sampai saat ini belum mempunyai aturan setingkat undang-undang yang mengatur praktik keperawatan.

Kasihan juga ya?? Padahal perawat merupakan tenaga kesehatan yang jumlahnya mencapai 60-70% dari seluruh jumlah tenaga kesehatan di Indonesia, dan perawatlah yang memiliki tugas yang paling berat dalam menangani orang sakit baik di ruang rawat inap maupun di klinik-klinik.

Selain itu ternyata profesi perawat adalah profesi yang sangat menjanjikan karena tenaga perawat masih banyak dibutuhkan oleh rumah sakit baik dalam maupun luar negeri. Seperti yang telah diberitakan bahwa tahun ini saja ada sekitar 300 perawat yang akan dikirim ke Jepang untuk memenuhi permintaan pemerintah Jepang.

Tapi kenapa yak ok profesi sepenting dan semulia perawat belum didukung oleh mekanisme pengaturan praktik yang jelas dan kuat mengikat seperti undang-undang yang sudah dimiliki oleh profesi kesehatan yang lain?? Menurut informasi yang saya terima dari PPNI (Persatuan Perawat Seluruh Indonesia), ternyata organisasi profesi ini sudah mengajukan rancangan UU praktik keperawatan ini sejak tahun 80-an, awalnya memang hanya dijadikan sebuah wacana untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan profesi ini. Namun dengan maraknya kasus malpraktik yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, Undang-undang ini dirasa sangat diperlukan untuk melindungi perawat sebagai pemberi pelayanan dan juga melindungi masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan yang sangat beresiko menjadi korban malpraktik oleh oknum-oknum tertentu.

Tahukah anda berapa banyak waktu yang dihabiskan profesi perawat dalam menangani orang sakit di rumah sakit?? Yup benar, jawabannya 24 jam nonstop dalam sehari semalam. Namun penghormatan apa yang sudah kita berikan kepada mereka, sudah seberapa pedulikah kita terhadap nasib perawat di pelosok-pelosok daerah yang sering menggantikan peran dokter karena sulitnya masyarakat mengakses tenaga dokter yang masih sangat sedikit di wilayah pelosok.

Sudah saatnya kita membuka mata terhadap profesi mulia ini, karena mereka lah yang dapat kita andalkan di masa depan sebagai agen-agen kesehatan yang membawa Indonesia menuju kesehatan yang optimal baik fisiknya maupun jiwanya.

Thursday, May 15, 2008

huh.... penat datang menghampiri...

mungkin ini yang banyak orang sering katakan ketika mencapai sebuah titik yang membuatnya tak lagi dapat menghasilkan apa-apa. setelah sekian lama berjuang namun belum terlihat sebuah kesuksesan pun akan diraih.
padahal diri ini tahu bahwa tidak ada gunanya mengumpat seperti ini. namun hanya ini yang bisa kukerjakan sekarang.
semoga diri ini menjadi lebih kuat. amiin...

Tuesday, February 26, 2008

Peran Perawat (Ners) Menuju Indonesia Sehat 2010

Ada dua persepsi berbeda yang cukup menarik ketika kita mendengar ungkapan atau semboyan “Menuju Indonesia Sehat 2010”, pertama adalah jelas bahwa di tahun 2010 diharapkan mayoritas penduduk Indonesia berada pada kondisi sehat dalam konteks kesehatan pada umumnya baik lahir maupun batin, dan kedua adalah di tahun 2010 nanti Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi sebuah negara yang sehat dan kuat sehingga dapat melindungi dan mensejahterakan seluruh penduduknya dalam pemenuhan hak-hak Sipol (sipil dan politik) dan juga hak-hak Ekosob (ekonomi, sosial, dan budaya), namun para perawat di Indonesia tetap dapat berperan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki walau apapun persepsinya, namun dalam tulisan ini saya akan lebih banyak membahas peran perawat dari perspektif yang pertama yaitu dalam konteks kesehatan dan ilmu keperawatan.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai peran perawat menuju Indonesia yang sehat, sangat baik bila kita lebih dulu mengetahui definisi dari sehat itu sendiri. Setiap individu memiliki pengertian dan persepsi yang berbeda mengenai sehat. Pada masa lalu sebagian besar individu dan masyarakat memandang kesehatan yang baik atau kesejahteraan sebagai suatu kondisi kebalikan dari penyakit atau kondisi tidak adanya penyakit (Potter dan Perry, 1997). Namun dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan kompleksnya pemahaman tentang kesehatan dengan berbagai pendekatan, saat ini pengertian sehat mulai dipandang dengan perspektif yang semakin luas. Aspek sehat menjadi lebih luas antara lain dengan memasukkan elemen-elemen seperti rasa memiliki kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat hidup, jaringan dukungan sosial yang kuat, rasa berarti dalam hidup, atau tingkat kemandirian tertentu (Haber, 1994).

Neuman (1990) berpendapat bahwa “sehat dalam suatu rentang adalah tingkat sejahtera klien pada waktu tertentu, yang terdapat dalam rentang dari kondisi sejahtera yang optimal, dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian, yang menandakan habisnya energi total.” Model ini disebut dengan model kontinum sehat sakit yang menyatakan bahwa sehat bersifat dinamis yang berubah setiap waktu sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan eksternal maupun internal yang bertujuan untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, perkembangan, sosial, dan spiritual. Sedangkan sakit adalah proses dimana individu mengalami kemunduran fungsi dalam satu dimensi atau lebih kehidupannya bila dibandingkan dengan keadaan individu tersebut sebelumnya. Karena sehat dan sakit memiliki kualitas yang relatif maka sebaiknya ditentukan dengan titik tertentu pada skala yang kontinum antara sehat-sakit, dan keadaan sehat atau sakit seseorang harus lebih dikaitkan dengan nilai-nilai, kepribadian, dan gaya hidup seseorang daripada diukur dengan berbagai standar yang absolut.

Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat kontemporer saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Perawat kontemporer menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik (Potter dan Perry, 1997).

Sebagai pemberi perawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan yang lebih dari sekedar sembuh dari penyakit tertentu namun berfokus pada kebutuhan kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual, dan sosial. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi klien, pemberian perawatan, dan mengevaluasi hasil, perawat menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi tiap klien. Penetapan ini dilakukan sendiri oleh perawat atau dapat berkolaborasi dengan keluarga klien dan dalam keadaan seperti ini perawat juga dapat bekerja sama dan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional yang lain (Keeling dan Ramos, 1995).

Perawat juga berperan sebagai advokat atau pelindung klien, yaitu membantu untuk mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari efek yang tidak diinginkan yang berasal dari pengobatan atau tindakan diagnostik tertentu. Peran inilah yang belum tampak di kebanyakan institusi kesehatan di Indonesia, perawat masih sebatas menerima delegasi dari profesi kesehatan yang lain tanpa mempertimbangkan akibat dari tindakan yang akan dilakukannya apakah aman atau tidak bagi kesehatan klien. Manajer kasus juga merupakan salah satu peran yang dapat dilakoni oleh perawat, di sini perawat bertugas untuk mengatur jadwal tindakan yang akan dilakukan terhadap klien oleh berbagai profesi kesehatan yang ada di suatu rumah sakit untuk meminimalisasi tindakan penyembuhan yang saling tumpang tindih dan memaksimalkan fungsi terapeutik dari semua tindakan yang akan dilaksanakan terhadap klien.

Seperti yang telah dijelaskan di paragraf sebelumnya yaitu perawat harus mengembalikan kondisi klien secara holistik baik fisik maupun sosial dan spiritual klien ke keadaan sebelum klien menderita penyakitnya. Di sinilah peran perawat sebagai rehabilitator untuk mengembalikan keadaan klien atau paling tidak seoptimal mungkin untuk mendekati keadaan seperti sebelum ia sakit dengan berbagai asuhan keperawatan seperti latihan ROM dan latihan lain yang dapat membantu klien untuk kembali ke kondisi kesehatannya seperti semula. Selain di bidang pelayanan kesehatan, perawat juga memiliki peran sebagai pendidik. Ada dua konteks pendidik disini, pertama sebagai pendidik di suatu institusi pendidikan keperawatan untuk mencetak perawat-perawat baru yang berkualitas, dan kedua adalah sebagai tenaga pendidik yang memberikan pengetahuan tentang kesehatan kepada masyarakat umum untuk menciptakan lingkungan yang sadar dan peduli akan pentingnya hidup dalam taraf kesehatan tertentu.

Keperawatan terbagi menjadi beberapa fokus bidang yaitu, keperawatan jiwa, keperawatan medikal bedah, keperawatan maternitas, keperawatan komunitas, dan keperawatan anak, setidaknya itulah yang berkembang di keperawatan Indonesia. Pembagian ini dapat kita ambil sebagai salah satu contoh yang menegaskan bahwa peran perawat sangatlah luas dan mencakup seluruh daur hidup manusia dari masa fetus (janin) hingga masa terminal (menjelang kematian). Sesuai dengan KepMenKes No.1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang indikator Indonesia Sehat 2010,“Pada tahun 2010 itu bangsa Indonesia diharapkan akan mencapai tingkat kesehatan tertentu yang ditandai oleh penduduknya yang (1) hidup dalam lingkungan yang sehat, (2) mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta (3) mampu menyediakan dan memanfaatkan (menjangkau) pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga (4) memilik derajat kesehatan yang tinggi.” Namun pada kenyataannya indikator-indikator yang menggambarkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan rakyat Indonesia hingga sekarang di tahun 2008 masih memprihatinkan.

Indikator yang pertama menyatakan bahwa pada tahun 2010 nanti diharapkan penduduk Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat. Perawat dapat menciptakan lingkungan yang sehat dengan cara mempromosikan perilaku sehat seperti mencuci tangan sebelum beraktifitas, senantiasa menutup mulut ketika batuk, tidak meludah sembarangan dan kebiasaan-kebiasaan kecil lainnya. Selain itu perawat di puskesmas juga dapat secara proaktif dalam mengadakan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat di wilayahnya terkait masalah kesehatan aktual yang dapat menyebar dengan cepat seperti flu burung dan demam berdarah. Diharapkan setelah dilakukan hal-hal tersebut, indikator yang kedua akan terpenuhi yaitu masyarakat memiliki perilaku sehat yang pada akhirnya membentuk lingkungan yang sehat pula.

Tahun 2010 nanti juga diharapkan penduduk Indonesia tidak lagi menemukan hambatan yang berarti dalam menjangkau pelayanan kesehatan baik itu dalam hal ekonomi atau biaya maupun yang bersifat non-ekonomi seperti jarak pelayanan kesehatan yang semakin dekat sehingga memudahkan klien yang membutuhkannya. Dalam hal ini perawat dapat menggunakan metode kunjungan ke rumah-rumah klien yang membutuhkan pelayanan kesehatan ataupun dengan menggunakan kemajuan teknologi untuk mempermudah komunikasi seperti pesawat telepon maupun video conference yang memang belum begitu berkembang di Indonesia. Selain itu, perawat juga harus menambah pengetahuannya dengan terus menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi guna meningkatkan kualitas pelayanannya. Perilaku sehat dan lingkungan yang sehat serta ditunjang dengan fasilitas kesehatan yang memadai dan kemampuan klien untuk mendapatkan pelayanan, akan membuat derajat kesehatan juga meningkat

Kondisi di Indonesia sekarang memang sangat memprihatinkan dan sesungguhnnya merupakan tantangan yang sangat besar sekaligus kesempatan bagi para perawat Indonesia untuk menampilkan eksistensinya sebagai profesi kesehatan yang senantiasa memberikan pelayanan sesuai dengan peran-peran yang telah penulis sebutkan di paragraf sebelumnya. Namun perlu diakui bahwa untuk mencapai indikator Indonesia yang sehat di tahun 2010 nanti bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, apalagi kita dihadapkan dengan beberapa masalah internal di dalam tubuh profesi perawat itu sendiri. Menjadi perdebatan yang tidak berkesudahan ialah tentang standar pendidikan perawat yang sangat variatif yang menyebabkan kualitas lulusan perawat sangatlah beragam di setiap daerahnya sehingga cukup sulit untuk menetapkan standar kompetensi di tingkat nasional, adapun masalah yang sebenarnya sangat penting namun mulai mendapatkan respon negatif di dalam tubuh profesi ini adalah tentang belum tersedianya sebuah Undang-undang Keperawatan sebagai payung hukum untuk melindungi para perawat supaya seluruh asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat menjadi legal dan tidak rancu dengan tindakan dari profesi kesehatan lainnya dan pada akhirnya akan meningkatkan kredibilitas profesi perawat.

REFERENSI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. “Visi Pembangunan Kesehatan: Indonesia Sehat 2010.” http://www.depkes.go.id/indonesiasehat.html (16 Feb. 2008)

Haber, D. (1994). Health promotion and aging. New York: Springer.

Keeling, A. W. dan Ramos, M. C. (1995). Nurs Health Care: Perspectives on Community. The role of nursing history in preparing nursing for the future, 16—30.

Neuman, B. (1990). Health as a continuum based on the Neuman systems model. Nurs Sci Q, 3--129.

Potter, P. A., dan Perry, A. G. (2005). Fundamentals of Nursing: Concept, Process, and Practice, 4/E. (Terj. Yasmin Asih, et al). Jakarta: EGC.

Tuesday, January 22, 2008

Masihkah Mahasiswa UI PEDULI???

Masih teringat jelas di masing-masing benak kita tentang peristiwa penggusuran yang menimpa saudara-saudara kita yang telah berdagang puluhan tahun di wilayah Barito, Pemprov DKI Jakarta menganggap mereka menempati wilayah yang seharusnya menjadi taman kota dan menganggap keberadaan mereka sebagai tindakan ilegal.

Sebuah tragedi yang ironis memang, ketika keberadaan sekelompok pedagang yang sudah puluhan tahun di suatu wilayah dan selalu membayar retribusi kepada pemerintah provinsi sebagai tanda ketaatan mereka terhadap hukum dianggap sebuah tindakan yang ilegal dan harus ditertibkan demi “keindahan” kota Jakarta. Dapat dibayangkan bila satu kios kita anggap dapat menyerap dua orang pekerja, berapa orang yang kini hanya bisa menggigit jari ketika tempat mereka mencari sesuap nasi tiba-tiba “digasak” oleh petugas. Pertanyaannya adalah apakah keadaan ini sejalan dengan janji pemerintah dalam pemberantasan pengangguran di Indonesia? Apakah wilayah perniagaan yang telah ada puluhan tahun ini benar-benar mengganggu keindahan kota? Atau mungkin ini hanya karena mereka dianggap tidak memberikan “pemasukan” yang cukup bila dibandingkan para pengusaha bermodal besar dengan bangunan toko yang lebih kokoh dan mewah di atas ratusan bahkan ribuan hektar daerah resapan air seperti di Kelapa Gading misalnya?

Masalah-masalah seperti ini akan selalu terjadi bila kita sebagai mahasiswa terlalu sibuk dengan urusan kita masing-masing, tanpa bermaksud untuk menghakimi dapat kita lihat kenyataan bahwasanya sebagian besar mahasiswa terlalu sibuk dengan urusan akademis di kampusnya sehingga isu-isu sosial yang seharusnya juga dapat menjadi “garapan” para intelektual muda Indonesia menjadi termarjinalkan, dan yang lebih berbahaya adalah semakin menurunnya kepekaan kita terhadap isu-isu sosial yang sebenarnya menjadi masalah yang harus kita hadapi kelak di kehidupan nyata.

Salah satu peran kita sebagai mahasiswa adalah kontrol sosial, yaitu ketika mahasiswa yang selama ini memiliki bekal moral dan intelektual dapat memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam mengontrol, mengingatkan, dan menyadarkan terkait isu-isu sosial baik ke pihak pemerintah selaku “pelayan” konstitusi maupun di tengah-tengah tatanan masyarakat selaku “majikan” konstitusi yang sepatutnya dilayani oleh pemerintah dan bukan dizolimi.

Namun apa yang terjadi, peristiwa penggusuran di Barito hanyalah secuil permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia. Masih ada kasus Lapindo yang menyengsarakan ribuan penduduk Sidoarjo belum lagi permasalahan kerusakan alam yang dibuatnya, ada kasus tindak kekerasan massal hampir di setiap daerah yang sedang mengadakan pilkada, ada pula bencan dari yang betul-betul disebabkan oleh alam sampai dengan bencana akibat ulah manusia Indonesia sendiri. Sudahkah kita sebagai mahasiswa tersentuh hatinya terhadap permasalahan-permasalahan ini, adakah getaran-getaran di dada untuk setidaknya mencoba memposisikan diri kita dalam permasalahan tersebut, atau yang lebih heroik sudahkah kita mencoba untuk melakukan hal-hal konkrit terkait masalah sosial yang ada, paling tidak yang terjadi di sekitar kita. Hanya di hati kita pertanyaan-pertanyaan ini dapat terjawab, namun hanya dengan langkah konkrit pula jawaban hati kita dapat bermanfaat.